Selasa, 25 Mei 2010

KEPEMIMPINAN MENURUT TEORI SIFAT

A. Latar Belakang

Teori Kepemimpinan adalah penggeneralisasian satu seri perilaku pemimpin dan konsep-konsep kepemimpinannya, dengan menonjolkan latar belakang histories, sebab musabab timbulnya kepemimpinan, persyaratan menjadi pemimpin, sifat-sifat utama pemimpin, tugas pokok dan fungsinya, serta etika kepemimpinan.

Sebab munculnya pemimpin tiga teori yang menonjol dalam menjelaskan kemunculan pemimpin adalah:

  • Teori genetik menyatakan bahwa pemimpin itu tidak dibuat tetapi lahir oleh bakat-bakat alami yang luar biasa sejak lahir.
  • Teori sosial menyatakan bahwa pemimpin tidak terlahirkan begitu saja akan tetapi harus disiapkan,dididik, dan disiapkan.
  • Teori ekologis atau sistesis menyatakan bahwa seorang akan sukses jadi pemimpin bila sejak lahirnya dia telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan dan bakat-bakat itu sempat dikembangkan melaliu pengalaman dan usaha pendidikan juga sesuai dengan tuntutan lingkungan/ekologisnya.

Para pendahulu kita sesungguhnya telah mewariskan nilai-nilai kepemimpnan yang sangat tinggi dan mulia. Di dalam ajarannya terkandung nilai-nilai moral yang lebih awal harus ditanamkan sehingga akan mendarah daging dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan berbangsa dan bernegara. Ada tiga alasan prinsip :

a. Nilai-nilai moral yang mencerminkan berbagai petunjuk, nasihat, pengendalian diri, kewajiban, dan sebagainya pada hakikatnya bersumber dari nilai-nilai Pancasila

b. Ajaran kepemimpinan “keteladanan” menempatkan pemimpin sebagai tokoh panutan yang ucapan, perilaku dan tindakannya selalu dijadikan contoh, daya penggerak bagi bawahan dan lingkungannya

c. Bila pemimpin sudah menguasai secara baik nilai-nilai kepemimpinan yang diwariskan nenek moyang, sama hakikatnya mereka telah memiliki benteng yang dapat diandalkan untuk menghadapi infilterasi, nilai-nilai ajaran kepemimpinan luar dunia luar yang bertentangan dengan kepribadian.

Sebagai perbandingan dengan pendapat dari luar tentag kepemimpinan perlu diketengahkan ajaran tentang kepemimpinan yang dikemukakan oleh Ruslan Abdulgani.

Seorang pemimpin harus mempunyai kelebihan dari yang dipimpin. Dengan adanya kelebihan, kewibawaan seseorang akan selalu dapat dipertahankan, sehingga ketaatan dari bawahan dapat terpelihara.

  1. Pendapat Ahli

Para pendahulu kita sesungguhnya telah mewariskan nilai-nilai kepemimpnan yang sangat tinggi dan mulia. Di dalam ajarannya terkandung nilai-nilai moral yang lebih awal harus ditanamkan sehingga akan mendarah daging dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan berbangsa dan bernegara. Ada tiga alasan prinsip :

a. Nilai-nilai moral yang mencerminkan berbagai petunjuk, nasihat, pengendalian diri, kewajiban, dan sebagainya pada hakikatnya bersumber dari nilai-nilai Pancasila

b. Ajaran kepemimpinan “keteladanan” menempatkan pemimpin sebagai tokoh panutan yang ucapan, perilaku dan tindakannya selalu dijadikan contoh, daya penggerak bagi bawahan dan lingkungannya

c. Bila pemimpin sudah menguasai secara baik nilai-nilai kepemimpinan yang diwariskan nenek moyang, sama hakikatnya mereka telah memiliki benteng yang dapat diandalkan untuk menghadapi infilterasi, nilai-nilai ajaran kepemimpinan dunia luar yang bertentangan dengan kepribadian.

Sebagai perbandingan dengan pendapat dari luar tentang kepemimpinan perlu diketengahkan ajarn tentang kepemimpinan yang dikemukakan oleh Empu Prapanca dan Ruslan Abdulgani.

a. Panca Dasa Kepemimpinan Shri Mahapatih Gajah Mada

Gajah Mada telah menggariskan sifat pemimpin yang baik yang disebut Panca Dasa yang dilukiskan dalam buku Negara Kertagama buah tangan Empu Prapanca, yang merupakan sifat-sifat yang dimiliki oleh seorang pemimpin besar yang berhasil. Sifat kepemimpinan tersebut masih relevan sampai saat ini.

Kelima belas sifat-sifat pemimpin tersebut adalah sebagai berikut :

1) Wijnana – Sikap Bijaksana

Pemimpin hendaklah bersikap bijaksana, penuh hikmah dan ketekunan, terutama didalam mengatasi suatu kesukaran dan atau kegentingan yang menimpa organisasinya, negaranya ataupun pribadinya sebagai pemimpin sehingga tidak mudah putus asa dalam mencari jalan keluar dari masalah yang dihadapi

2) Mantra wira – sebagai pembela Negara sejati

Berkeberanian mutlak dalam kebenaran dan kesetiaan tanpa reserve dalam menjunjung cita-cita Negara. Seorang pemimpin mempunyai pengabdian yang tinggi dan keikhlasan berkorban demi tujuan Negara.

3) Wicaksanang Naya – bijaksana – kemampuan menganalisa dan mengambil keputusan

Seorang pemimpin bijaksana dalam bermain politik dengan berpedoman pada Tri kala yaitu : Atita, bisa mengenang kejadian masa lalu; Nagat, bisa menerka kejadian yang akan dating; dan wartama, dapat menentukan sikap dan mengambil keputusan pada masa sekarang dengan tepat

4) Matanggawa – mendapat kepercayaan dari bawahan

Pemimpin harus mendapatkan kepercayaan yang tinggi dari bawahannya. Ini merupakan syarat utama kepemimpinan yang menentukan kuat serta tegaknya seorang pemimpin. Pemimpin yang demikian tidak akan mengabaikan kepercayaan yang dipikulnya dan bekerja lebih tekun dalam mewujudkan kepentingan umum.

5) Satya bakti haprabhu – loyal pada atasan

Taat setia dan bakti kepada pemimpin, atasan, terutama kepada Negara dan pimpinannya dapat menghindarkan dari pengkhianatan terhadap Negara dan rakyatnya, karena nasib Negara itu adalah nasib juga nasib dari dirinya sendiri.

6) Wakjnana – pandai berpidato dan berdiplomasi

Memiliki kepandaian dalam berpidato dalam lingkungan kecil maupun di depan umum, termasuk juga ahli dalam berdiplomasi, karena hal-hal di atas merupakan senjata ampuh dalam membangkitkan kesadaran rakyat yang dibawakan oleh pandangan hidup dan aliran politiknya.

7) Sajjawopasama – tidak sombong, rendah diri, manusiawi

Bersifat tidak sombong, mudah member hati kepada orang lain, bermuka manis, pemaaf dan selalu mendekatkan diri kepada kawan seperjuangan serta rakyat yang dipimpinnya. Sifat ini menghindarkan pemimpin dari sifat takabur, merasa lebih unggul dan bangga pada kesanggupan diri sendiri. Merupakan sifat yang sangat sulit didapat oleh seorang pemimpin

8) Dhirottsaha – bersifat rajin, kreatif

Bersifat rajin dan sungguh-sungguh dalam menjalankan segala pekerjaan, selalu kreatif penuh dengan inisiatif yang menuju ke arah kebaikan dan kesejahteraan daripada Negara

9) Tan Lalana – bersifat gembira, periang

Bersifat gembira/periang, tidak mudah runtuh oleh suatu kesedihan melainkan senantiasa menunjukkan sikap yang bangun tegak, teguh iman dalam pahit getirnya perjuangan bagaikan batu karang di dasar samudra.

10) Disyacitta – jujur, terbuka

Bersifat baik, jujur dan dapat menerima pendapat orang lain, selalu mau menerima pemikiran-pemikiran orang lain walaupun dari bawahannya.

11) Tan Satrisna – Tidak egois

Tidak terikat pada pemberian, tidak bersifat egoistis yang mengutamakan diri sendiri.

12) Masihi Samastha Bhuwana – bersifat penyayang, cinta alam

Pemimpin bersifat penyayang dan cinta pada seluruh alam dengan keyakinan hidup.

13) Ginong Pratidina – tekun menegakkan kebenaran

Selalu tekun untuk menegakkan kebenaran, untuk mengagungkan Negara agar tetap memperoleh wibawa dari bawahan

14) Sumantri – sebagai abdi Negara yang baik

Menunjukkan sikap dan sifat sebagai abdi Negara yang baik, sifat ini perlu dimiliki oleh setiap pengendali organisasi/pemerintahan, sebab mereka menjadi sorotan dan contoh dari bawahannya/rakyatnya

15) Anayakan Musuh – mampu membinasakan lawan

Setiap pemimpin harus sanggup memusnahkan musuh Negara dan musuh masyarakat. Sifat ini bukan berarti kejam, namun kasih saying tetap diutamakan, perdamaian kita hormati, namun tidak gentar menumpahkan darah dalam pembelaan keagungan Negara dari musuh yang akan menistakan kedaulatan Negara.

b. Ruslan Abdulgani

Seorang pemimpin harus mempunyai kelebihan dari yang dipimpin. Dengan adanya kelebihan, kewibawaan seseorang akan selalu dapat dipertahankan, sehingga ketaatan dari bawahan dapat terpelihara.

Kelebihan tersebut meliputi empat hal, yaitu :

1. Moral dan akhlak

Moral dan akhlak yang dimiliki haruslah baik dimata orang lain atau bawahannya supaya dapat dihargai dan menjadi panutan bagi anggota yang lainnya.

2. Jiwa dan semangat

Semangat pemimpin sangatlah mempengaruhi kinerja dengan adanya semangat yang tinggi maka segala pekerjaan akan terselesaikan dengan baik.

3. Ketajaman intelek dan persepsi

Bahwa seorang pemimpin haruslah memiliki intelektual yang tinggi agar segala pekerjaan dapat terselesaikan dengan cepat dan baik dan dapat mengatur para bawahannya, dengan adanya persepsi yang berbeda-beda seorang pemimpin haruslah memiliki keputusan tersendiri.

4. Ketekunan dan kekuatan jasmaniah

Dengan mempunyai kesehatan jasmani dan rohani merupakan terpenuhinya kebutuhan pokok pada setiap orang, adanya ketekunan menjadikan seseorang mendapat keberhasilan.

Keberhasilan seorang pemimpin dapat ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki oleh pemimpin itu. Sifat tersebut dapat berupa sifat fisik atau sifat psikologis. Untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil sangat ditentukan kemampuan pribadi pemimpin. Kemampuan pribadi yang dimaksud adalah kualitas seseorang dengan berbagai macam sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri di dalamnya. Oleh karena itu timbul usaha para ahli untuk meneliti dan memerinci lebih jauh kualitas seorang pemimpin yang berhasil di dalam melaksanakan tugas-tugas kepemimpinannya, kemudian hasil-hasil tersebut dirumuskan ke dalam sifat-sifat umum seorang pemimpin. Usaha tersebut melahirkan dan berkembang menjadi teori kepemimpinan yang disebut “teori sifat-sifat kepemimpinan” atau traits theory of leadership”

c. 7th habits( 7 sifat ) oleh dr. Stephen R. Covey

Kepemimpinan yaitu suatu usaha dalam mempengaruhi seseorang atau lebih guna untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Sifat-sifat yang dimiliki antara lain kepribadian, keunggulan fisik, dan kemampuan sosial. .

Sifat-sifat tersebut yaitu:

1.Be proactive

Menjadi proaktive

Tidak hanya pada perencanaan kerja saja tapi juga pada pengaturan waktu

Bahwa waktu duduk / istirahat digunakan untuk menjaci solusi hall-hal yang perik waktu berdiri sebelum berjalan digunakan membuat perencanaan (planning ) yang matang sebelum memulai pekerjaan

2. Begin with the end in mind

Mulai dengan akhir dalam pikiran

Dalam melaksanakan pekerjaan pemimpin dituntut mengetahui lebih dulu apa pekerjaan tersebut dilakukan tidak hanya saja mempunyai visi / pandangan yang jelas tentang pekerjaan tersebut tetapi juga dapat membayangkan proses pekerjaan yang dilakukan dan hasil yang akan diperoleh

3. Put first things first

Dahulukan yang harus didahulkan

Aktifitas yang kita lakukan apakah menyangkut kepentingan organisasi atau pribadi. Tidak saja menganalisa pekerjaan/pelaksanaan pekerjaan duniawi, tapi juga untuk urusan akhirat juga

4. Think win-win

Berpikir menang-menang

Suatu adanya kemenangan proses pencapaian kemenangan tersebut sampai hasil yang dicapai bagi siapa saja, yakni dapat memberikan kesejahteraan bagi yang lain.

5. Seek first to understand, then be understood

Berusaha mengerti lebih dahulu baru dimengerti

Bagaimana dalam suatu masalah sebelum kita melontarkan pemikiran/ide kita mengiyakan/ mengerti jalan pikiran orang yang kita ajak bicara. Sebelum memberikan sesuatu ide kita perlu memposisikan diri kalau kalau kita diposisi penerima dan buatlah kondisi dimana kalau kitapun dapat mengiyakan kalau kita dihadapkan pada kondisi seperti itu.

6. Synergize

Wujudkan sinergi

Adanya suatu kerja sama yang komplit yaitu “gotong royong” Menggambarkan mengerjakan pekerjaan yang berat dulu kemudian menyelesaikan yang ringan-ringan, kerja sama ini juga perlu didukung oleh sikap moral sesuai hati nurani.

7. Sharpen the saw

Asahlah gergaji

Adalah suatu keharusan untuk mempertajam ilmu baik ilmu dunia maupun ilmu akhirat, apabila ilmu tersebut tidak digunakan maka kita akan lupa dan tidak akan mahir dalam mempergunakannya.

C. Beberapa kelemahan

Teori yang dikemukakan di atas disamping mendapat pertentangan dari berbagai pihak, dalam prakteknya mempunyai kelemahan yang sulit dipraktekkan. Kelemahan tersebut antara lain :

1. Diantara para pendukung teori tersebut tidak ada kekompakan sehingga timbul berbagai pendapat diantara para pendukung teori tersebut

2. Teori sifat terlalu bersifat deskriptif, tidak mempunyai analisis bagaimana sifat-sifat itu kaitannya dengan keberhasilan seorang pemimpin

3. Tidak selalu ada relevansi antara-antara sifat yang dianggap unggul tersebut dengan efektivitas kepemimpinan

4. Terlalu sulit untuk menentukan dan mengukur masing-masing sifat yang berbeda-beda satu dengan yang lain

5. Situasi dan kondisi tertentu dimana kepemimpinan dilaksanakan, memerlukan sifat pemimpin yang tertentu pula.

D. Kesimpulan

Dalam kepemimpinan yang menerapkan prinsip keteladanan, setiap pemimpin dalam kehidupan organisasi, ditampilkan sebagai tokoh panutan, atau tokoh yang selalu diteladani oleh bawahannya. Sebagai tokoh panutan yaitu tokoh yang dianut oleh bawahannya, harus selalu memberikan contoh-contoh positip terhadap bawahannya.

Sifat-sifat yang unggul tersebut di atas merupakan kepribadian pemimpin yang didalamnya mengandung arti luas : kecakapan, daya tangkap, pengetahuan, daya ingat, imajinasi, keyakinan, ketekunan, daya tahan, kejujuran, keberanian, harga diri dan berbagai nilai moral yang lain.

Dengan berbagai keunggulan yang dimiliki pemimpin, kewibawaan seorang pemimpin akan selalu dapat dipertahankan, sehingga ketaatan dari bawahan dapat terpelihara. Kepemimpinan yang menganut prinsip “keteladanan” akan berhasil melaksanakan tugas-tugas kepemimpinannya apabila prinsip-prinsip teori sifat dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

1 komentar:

  1. thanks all lot,dear. it help me done my paper
    i'm ECH.nice to meet u

    click it, LIKE it, share it please^^thank you
    http://toko-lomba.blogspot.com/2012/10/Sehat-Alami-Produk-Indonesia.html

    BalasHapus